Umur10 tahun, Abu bakar pergi ke suriah untuk berdagang ikut sang ayah, dan umur beliau terpau 2 tahun dari Baginda Nabi, Nabi kala itu berumur 12 tahun. dan pada saat itu nabi juga ikut berdagang bersama kafilah itu. Pada usianya ke 61 tahun, Abu Bakar sakit dan sakit yang di deritanya ternyata menghantarnya ke pengbaringan terakhir, Pada Perangbola salju juga bisa jadi aktivitas seru saat liburan di Eropa. 5. Mengunjungi Rumah Santa Claus di Rovaniemi, Finlandia. Santa Claus Village Rovaniemi. Kalau jalan-jalan ke Eropa bersama anak-anak, kamu harus mengajak mereka mengunjungi Santa Claus Village yang berada di Rovaniemi, Finlandia. Salah satu tujuan wisata populer untuk Musimdingin di Jepang pada umumnya dimulai sejak bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Di Tokyo, suhu bulan Desember berada sekitar 12ÂșC (54°F) pada sore hari dan turun menjadi sekitar 5ÂșC (41°F) pada pagi dan malam hari. Pada bulan Januari, suhu siang hari turun menjadi 10ÂșC (50°F) dan suhu pagi cenderung berkisar antara 2ÂșC Perlengkapandan pakaian musim dingin di Jepang. Diperlukan perlengkapan untuk menghalau suhu dingin misalnya seperti syal, topi kupluk, sarung tangan, tutup telinga dan jaket tebal. Juga ada ă‚«ă‚€ăƒ­/ kairo, sejenis pemanas portable yang bisa bertahan selama 8 jam, sekali pakai yang dapat kamu pakai di dalam saku, baju, bahkan kaus kaki. Denganbergantian berdagang pada Musim Dingin ke Yaman (arah selatan kota Makkah) karena mencari udara yang lebih hangat. jika Rahib Bahira/ Buhaira tahu dan meyakini tentang tanda-tanda kenabian Muhammad SAW kecil ketika ikut kafilah dagang Abu Thalib. Pada masa paman Rasul yang merawat Muhammad SAW biasa pergi berdagang ke Syam 1xYGI. JAKARTA - Dalam Atlas Alquran karya Syauqi Abu Khalil, dan Syaamil Al-Qur'an terbitan PT Sygma Examedia Arkanleema, Bandung, dijelaskan, rihlah asy-syita` wa al-sha'if berarti perjalanan yang dilakukan penduduk Makkah pada musim dingin dan musim panas. Kebiasaan ini dilakukan pada saat besarnya tuntutan hidup sehari-hari. Mereka melakukan itu semata-mata untuk mempertahankan hidup. Kebiasaaan melakukan perjalanan itu bermula saat masyarakat Quraisy dipimpin oleh salah seorang nenek moyang Rasulullah SAW, yang bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Dia adalah seorang pemuka masyarakat dan orang yang sangat berkecukupan. Dan masyarakat Makkah pun senantiasa mematuhi dan menghormatinya. Suatu hari, Hasyim berkata kepada penduduknya. ''Wahai penduduk Makkah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke negeri Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian untuk berniaga ke negeri Syam yang sejuk.'' Keputusan ini, sangat ditaati oleh penduduk Makkah. Kepatuhan masyarakat Makkah kepada perintah Hasyim ini karena mereka melihat sosok dan kepribadiannya, dan bukan semata-mata sekadar perintah. Hasyim senantiasa memberi contoh yang sangat nyata. Misalnya, bersama dengan anak-anak Abdul Manaf lainnya, yaitu Al-Muthalib, Abdu Syams, dan Naufal. Bila waktunya musim panas di Makkah, Hasyim berangkat ke Syam dan Gaza secara khusus sehingga dinamai Gaza Hasyim, Al-Muthalib berangkat menuju Yaman pada musim lain, Abdu Syams ke Habasyah Ethiopia sekarang, dan Naufal menuju Irak. Sepulang dari perjalanan itu, mereka pulang ke Makkah membawa persediaan makanan. Padahal, pada saat itu makanan amat sulit di dapat. Karena itulah, masyarakat Makkah sangat menghormati dan mencintai Hasyim dan keluarganya. Bahkan, di bawah kepemimpinan Hasyim ini, Makkah berkembang menjadi pusat perdagangan yang sangat makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih berganti, baik pada musim dingin maupun musim panas. Demikian pandainya penduduk Makkah dalam melakukan perdagangan pada setiap musim itu, membuat tak ada pihak lain yang mampu menyaingi dan menandingi mereka. Sehingga, mereka tumbuh menjadi masyarakat yang sangat disegani di seluruh penjuru negeri yang mereka lalui. Dan hebatnya lagi, kafilah-kafilah dagang suku Quraisy ini selalu merasa aman dan tenteram bila melakukan perjalanan niaganya. Tidak ada seorang pun yang berani mengganggu atau menyakiti mereka, karena mereka adalah tetangga rumah Allah sekaligus sebagai penduduk Tanah Suci yang dimuliakan-Nya. Dan perdagangan pada musim-musim seperti ini pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, saat mendampingi pamannya Abu Thalib, berdagang ke negeri Syam pada usia 12 tahun, dan membawa dagangan Khadijah binti Khuwailid, sebelum menikah dengannya, saat berusia 20-25 tahun. ABU Bakar berdagang. Bahkan di hari-hari awalnya sebagai seorang khalifah. Kenapa? Rasulullah Muhammad SAW sampai akhir hayatnya tidak sekalipun menunjuk seseorang untuk menggantikannya. Pun tidak dari golongan Muhajirin dan Anshar. Kedua golongan itu masing-masing berusaha mengajukan tokohnya sebagai penerus Rasul. Kondisi ini sempat memunculkan kegamangan. Masyarakat Anshar menyelenggarakan musyawarah di gedung pertemuan Bani Saidah untuk mengangkat khalifah dari kalangan mereka sendiri. Mereka telah sepakat memilih Said bin Ubaidillah—seorang pemuka dari suku Khajraj. Mengetahui ini, Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas menuju tempat diselenggarakannya musyawarah kaum Anshar tersebut. “Wahai kaum Anshar,” Abu Bakar berujar setelah sampai di tempat yang dituju. “Sesungguhnya perjuangan kalian dalam Islam tidak ada bandingannya. Sungguhpun demikian, seluruh Arab tahu bahwa tidak ada yang lebih disegani selain daripada kaum Quraisy
” Kaum Anshar terdiam. Tapi kemudian seorang berujar, “Kalau begitu hai Abu Bakar, pilihlah seseorang untuk kaummu sendiri, dan kami pun memilih seseorang untuk kaum kami
” BACA JUGA Ketika Abu Bakar dan Umar Berselisih Menanggapi usulan itu, Umar berkata dengan tegas. “Ingatlah kamu sekalian, bahwa dua pemimpin tidak dapat berkuasa bersama.” Abu Bakar segera menyusul apa yang dikatakan oleh Umar, “Kalau begitu, hendaklah kamu sekalian memilih di antara Umar atau Abu Ubaidah sebagai Khalifah!” Umar dan Ubaidah jelas kaget. Kedua tokoh yang diusulkan Abu Bakar itu menolak. “Tidak, kami tidak mempunyai kelebihan dari kamu semua dalam hal ini.” Foto Pinterest Dalam situasi musyawarah yang semakin kritis, Umar mengangkat tangan Abu Bakar seraya menyampaikan sumpah setia kepadanya dan membaiatnya sebagai khalifah. Sikap Umar tersebut diikuti oleh Abu Ubaidah dan tokoh–tokoh Anshar yang hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka semua menyatakan kerelaannya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, yakni sebagai penerus tampuk kepemimpinan umat Islam yang semula dijabat oleh Rasulallah saw. Hari-hari pertama Abu Bakar sebagai Khalifah sungguh berat. Entah harus dari mana dahulu memulai. Sebab Rasulullah saw memang tidak pernah mengatakan apa-apa tentang hal ini. Namun ada yang cukup menyita perhatian Abu Bakar. Dari mana kemudian ia harus menghidupi keluarganya? Abu Bakar melihat, dahulupun Rasulullah saw mengusahakan pencahariannya sendiri. Sambil mengatur jalannya pemerintahan, Rasulullah saw juga melakukan sesuatu untuk menopang kehidupannya. Setahunya, tidak pernah sekalipun Rasulullah saw meminta dari siapapun. Rasulullah saw selalu berusaha mandiri. Maka Abu Bakar pun memulai lagi rencana-rencananya. Ia masih harus pergi ke pasar hari ini untuk berdagang. Karena hanya dengan berdaganglah ia bisa mencari pencaharian untuknya dan keluarganya. Mekkah sudah kembali normal. Aktivitas sudah mulai berjalan lagi, dan pasar dipenuhi orang-orang. Abu Bakar menggesa langkahnya. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan dilihatnya Umar bin Khattab sahabatnya. “Hendak kemana engkau?” Umar berujar demi dilihat sahabatnya itu begitu tergesa-gesa. “Ke pasar
..” Umar mengernyitkan dahinya. “Ke pasar? Untuk apa?” “Aku harus berdagang, sahabatku
” Umar masih terus mengernyitkan dahinya. “Engkau? Untuk apa? Abu Bakar berdagang?” BACA JUGA Bukti Iman Abu Bakar As-siddiq Abu Bakar menarik napas, “Ya. Abu Bakar berdagang. Harus. Sahabatku, dengan apa aku harus memberi makan keluargaku?” Umar tertegun. “Sekarang, engkau ini seorang khalifah, ya Abu Bakar
” “Ya, memang betul,” Abu Bakar menyahut. “Tapi jika aku tidak berikhtiar, aku tidak akan mendapatkan rezeki. Aku juga mempunyai pertaggungjawaban terhadap keluargaku—istri dan anak-anakku. Ada hak mereka yang harus aku tunaikan.” Umar semakin tertegun. Akhirnya Ia berkata, “Jika engkau berdagang, bagaimanakah engkau mengatur umat, ya Khalifah? Sesungguhnya harus ada yang menanggung penghidupanmu. Aku akan mengusulkan agar Baitulmall mulai saat ini menggajimu. Aku tahu engkau akan keberatan, tapi ini agar engkau, sahabatku, bisa berkonsentrasi melakukan pekerjaanmu
” Abu Bakar sangat terharu. Ia tertunduk. Sejak saat itu Abu Bakar benar-benar hanya mengurus kekhalifahan saja. Penerus Rasulullah saw itu tenang menjalankan tugasnya tanpa harus dibebani oleh urusan mencari penghidupan. [] Sumber PERI HIDUP NABI & PARA SAHABAT – Kumpulan Kisah Yang Menyentuh & Menggetarkan Hati /PENULIS Saad Saefullah/ PENERBIT Islampos Global Media

pada musim dingin abu bakar pergi berdagang ke